Search
Close this search box.
Search
Close this search box.

Arahan Rektor Ipmafa Dalam Raker Kampus 2024

Rapat kerja (raker) yang diselenggarakan pada Kamis (7/3/2024) di hotel Ciputra Semarang menjadi wadah bagi para pemegang kebijakan kampus Ipmafa untuk saling berdiskusi, berkolaborasi dan menyusun rencana strategis guna mencapai tujuan bersama. Melalui raker tersebut, persamaan persepsi dan orientasi dapat dicapai, prioritas-prioritas dapat ditetapkan, serta masalah-masalah yang akan muncul dapat diidentifikasi dan diselesaikan secara kolektif. Dalam kesempatan itu, Rektor Ipmafa atau yang akrab disapa Gus Rozin memberikan poin-poin arahan penting kepada seluruh jajaran sebagai pedoman bersama sbb.:

  1. Program kohesif dan koheren: yakni program-program yang dirancang dan diimplementasikan ke depan diupayakan bersifat integratif dan terstruktur. Kohesi artinya terdapat kesatuan dan keterkaitan antara berbagai bagian atau komponen sehingga tidak terjadi perbedaan yang mengganggu jalannya program. Koherensi juga penting untuk menciptakan keselarasan antara tujuan, strategi, kegiatan dan alokasi sumber daya. Dengan demikian akan tercipta sinergi yang baik antar bagian dan dapat memaksimalkan efisiensi dan efektivitas dalam program.
  2. Pengarusutamaan nilai-nilai pesantren di lingkungan Ipmafa: prinsip dan budaya pesantren seperti yang terkandung dalam NDSA ( nilai dasar salih akram) penting untuk selalu terpatri dalam setiap SDM Ipmafa. NDSA juga dapat dikembangkan secara tepat, baik dalam tataran konseptual, strategis dan taktis, sehingga menjadi distingsi, kekhasan bersama atau pembeda dari perguruan tinggi lainnya. Nilai-nilai dalam NDSA semestinya dapat diimplementasikan secara konfiden untuk publik karena secara kelembagaan dan SDM pemangku kebijakan sudah memiliki cukup modal terkait hal tersebut. Pada intinya dibutuhkan pengarusutamaan NDSA atau pengaliran nilai-nilai pesantren kepada publik. Hal ini persis dengan penanaman nilai yang terjadi di lingkungan Madrasah Mathaliul Falah Kajen yang meski tidak memiliki konsep tertulis, nilai salih dan akram dapat diyakini dan diakui secara mendalam dan mendarah daging.
  3. Ipmafa menjadi rumah utama sekaligus tempat ibadah: Kampus Ipmafa seharusnya dijadikan sebagai wadah utama tidak hanya dalam hal bekerja dan mengkais rejeki, tetapi juga sebagai implementasi ibadah seperti penerapan nilai ikhlas, berkhidmah untuk agama, dan sebagai seorang muslim dan beriman hendaknya dapat melihat bahwa tempat bekerja dan rizki adalah dua hal yang berbeda dimana keduanya sering tidak berjalan secara linier.
  4. Gagasan strategis dan inovatif: kampus Ipmafa semestinya siap dan adaptif dengan semua perkembangan yang sangat dinamis dan disruptif sehingga harus siap menerima gagasan dan inovasi yang bisa datang dari mana saja dan siapa saja, baik dosen, mahasiswa, dosen lama atau dosen baru. Ini penting karena melihat perkembangan lima tahun terakhir ini, masyarakat khususnya mengalami perubahan luar biasa terkait dengan ekspektasi mahasiswa, cara belajar, tolok ukur, kebiasaan, dll yang sangat berbeda.
  5. Dunai akademik adalah dunia nyata: SDM pengajar dan pendamping mahasiswa perlu memiliki pemahaman dan modal yang memadai agar apa yang mahasiswa terima sesuai dengan realita yang dihadapi yaitu tataran praktis. Pada prakteknya, dunia nyata adalah selangkah lebih maju dari dunia akademik, padahal idealnya dunia akademik lebih maju dari dunia nyata. Jarak tersebut harus dipersempit sehingga dunia akademik menjadi dunia mimpi yang akan dituju oleh dunia nyata. Jika upaya tersebut tidak mampu, maka minimal dapat diupayakan dunia akademik setara dengan dunia nyata. Maka sangat penting memahami situasi atau atmosfir dunia mahasiswa. Konsekuensinya, penelitian-penelitian yang dilakukan diarahkan pada sinkronisasi antara dunia akademik dan dunia nyata.
  6. Alumni Ipmafa yang visioner: Ipmafa diharapkan memproduksi lulusan yang dinamis dan visioner sehingga tidak terjebak pada orientasi yang sederhana. Contoh di Fakultas Tarbiyah, lulusannya mampu memberikan warna dan perubahan pada masyarakat, menjadi sosok-sosok guru visioner sesuai kebutuhan mahasiswa.
  7. Sosialisasi ke-ipmafa-an kepada masyarakat: diseminasi informasi terkait Ipmafa perlu dilakukan secara lebih masif dan efektif dengan strategi yang inovatif. Marketing adalah kegiatan komprehensif meliputi penyebaran nilai-nilai, profesionalisme, sinergitas, dll. Penyebaran informasi postitif tentang ipmafa ada whole process dan products yang tidak dapat dilakukan secara parsial.
  8. Membangun sistem yang baik: tatakelola yang baik membutuhkan cara yang efektif, efisien dan nyaman maka diperlukan iklim Ipmafa yang kondusif dengan memberikan prosedur layanan yang mudah dan menghindari mata rantai yang rumit.
  9. Menumbuhkan kepekaan sosial mahasiswa: pemandangan semakin berkurangnya kepekaan sosial masyarakat, menipisnya sinsitivitas mahasiswa terhadap lingkungan dan minimnya inisiatif tentu menjadi fenomena yang cukup memprihatinkan. Hal ini membutuhkan program dan kegiatan yang sifatnya konkrit-partisipatif. Mahasiswa perlu dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial praktis agar mereka memiliki sikap percaya diri yang tepat.

Fakultas Dakwah & Pengembangan Masyarakat

Isyrokh Fuaidi, LL.M

Isyrokh Fuaidi, LL.M

Dean Faculty

Nur Khoiriyah, M.Sos

Nur Khoiriyah, M.Sos

Ketua Prodi PMI

Siti Asiyah, M.Sos

Siti Asiyah, M.Sos

Ketua Prodi KPI

Khabiburrokhman Aksa

Khabiburrokhman Aksa

Sekretaris Prodi PMI

Fajar Andi Kurniawan

Fajar Andi Kurniawan

Sekretaris Prodi KPI

Our Labs

Berita Terbaru